apakah musik tanjidor pernah dimainkan orang besar (bangsawan)pada zaman dulu?
Seni
Kuntulia
Pertanyaan
apakah musik tanjidor pernah dimainkan orang besar (bangsawan)pada zaman dulu?
1 Jawaban
-
1. Jawaban 22ko
JAKARTA, KOMPAS.com - Pada zamannya, musik Tanjidor merupakan iringan wajib dalam setiap perhelatan masyarakat Betawi. Itu dulu, kini masa keemasan seniman tanjidor mulai suram karena tak ada generasi yang meneruskan. Sekarang ada beberapa grup musik tanjidor yang mencoba bertahan. Para seniman tanjidor itu kini terpinggirkan di kawasan Bekasi, Tangerang, dan Depok.
Ada yang menarik dalam pelaksanaan pilpres yang baru lalu di salah satu TPS Warungbuncit, Jakarta Selatan. Para pemilih, dihibur satu grup musik tanjidor yang sudah jarang ditemui. Sebagian pemilih yang sedang menunggu mencontreng terhibur dan sebagian lagi acuh. Hanya beberapa lelaki dan wanita renta saja yang menikmati alunan musik yang dimainkan delapan orang itu.
Beberapa anak-anak sedikit terpukau dengan alat musik yang dimainkan. Ukuran alat musik yang besar, menjadi perhatian anak-anak yang penasaran dengan musik yang baru kali ini didengar. Sebagian anak-anak lagi, menikmati dengan berlenggok mengikuti alunan musik.
Lenggokan pinggul anak-anak akhirnya berhenti karena napas pemain tanjidor itu sudah tersengal-sengal. Maklum saja, musik tanjidor yang didominasi alat tiup ini mayoritas dimainkan oleh seniman yang sudah renta. Namun guratan semangat di wajah pemain tanjidor dari Grup Lestari Jaya, Warung Buncit, Jakarta Selatan ini terlihat dari upayanya menyelesaikan setiap lagu yang dimainkan.
Musik tanjidor, adalah salah satu kesenian musik tradisional adat Betawi yang berkembang beriringan dengan musik keroncong. Kedua musik ini mendapat pengaruh dari kebudayaan Eropa seperti Belanda dan Portugis. Karena perkembangannya di tengah kaum elite pada masa itu, maka kebudayaan Cina turut campur dalam perkembangan musik tanjidor. Saat itu atau sekitar abad XVIII dan XIX, penghasilan seniman tanjidor berasal dari saweran penonton dalam hajatan besar tuan tanah atau bangsawan Eropa.
Nasib seniman tanjidor dulu dan sekarang juga tak jauh berbeda. Sekarang, mereka hanya mengandalkan panggilan bermain di beberapa acara saja. Itupun sudah jarang didapat. Terompet, trombone, saksophone, klarinet, tambur, siklopone, dan sebuah gendang atau bedug lebih banyak menjadi hiasan di sanggar Grup Lestari Jaya warung Buncit. Hanya sesekali seniman tanjidor ini berkumpul memainkan alat musik yang sudah menua, setua umur mereka.
Ironis memang. Sebagai musik tradisional Betawi, seniman tanjidor kebingungan mencari penerus yang mau mencoba musik warisan nenek moyangnya ini. Hal ini yang cukup dikhawatirkan oleh para musisi group tanjidor. Para seniman dihantui perasaan, alat musik tanjidor menjadi koleksi museum. "Jika tidak yang muda, siapa lagi," kata Soleh, salah satu pemain tanjidor, beberapa waktu lalu.